WAKTU
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ
نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ
مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ
يَّعْلَمُوْنَ ٥
Artinya: ”Dialah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.”
Di dalam
Tafsir al- Wajiz Syaikh Wahbah Az- Zuhaili menjelaskan: “dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, yakni tempat peredaran perjalanan bumi
mengitari matahari dan bulan mengitari bumi agar kamu mengetahui bilangan
tahun, dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan hal yang demikian
sempurna itu melainkan dengan benar, yakni dengan hikmah yang besar. Melalui
penciptaan tersebut, Dia menjelaskan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya kepada
orang-orang yang mengetahui, yakni yang mau mengambil pelajaran dari
tanda-tanda kekuasaan Allah di alam raya ini.”
Bulan Januari-Desember
setiap tahunnya dan penentuan waktu sholat adalah berdasarkan perhitungan
peredaran bumi yang mengitari matahari, sedangkan bulan Muharrom-Dzulhijjah
(Kalender Hijriyyah) dan khususnya penetuan awal puasa dan awal lebaran adalah
berdasarkan perhitungan bulan mengitari bumi. Berarti perhitungan tahun baik berdasarkan
kalender masehi maupun hijriyyah sama-sama memiliki dalil dari al-Qur’an
sebagaimana ayat di atas, perhitungan waktu, sama-sama berdasarkan 2 makhluq
Allah, yakni matahari dan bulan.
Maka sekarang,
yang sangat penting bagi kita adalah bagaimana memanfaatkan waktu tersebut. Di
antara ayat al-Qur’an yang bisa kita jadikan pedoman adalah Surah al-‘Ashr ayat
1-3:
وَالْعَصْرِۙ ١
Demi masa,
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢
sesungguhnya manusia benar-benar berada
dalam kerugian,
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبۡرِ٣
kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk
kebenaran dan kesabaran.
Allah bersumpah
demi masa (waktu) padahal masa (waktu) adalah makhluk-Nya, mengapa? Syekh
Manna' Al-Qatthan dalam kitab Mabahits fi 'Ulumil Qur'an menjelaskan
alasan kenapa Allah bersumpah dengan mahluk-mahluk-Nya:
وإنما أقسم الله بمخلوقاته؛ لأنها
تدل على بارئها، وهو الله تعالى، وللإشارة إلى فضيلتها ومنفعتها ليعتبر الناس بها
Artinya, "Sesungguhnya Allah
bersumpah dengan mahluk-mahluk-Nya karena makhluk tersebut menunjukan pada Dzat
yang menciptakannya, yakni Allah Ta'ala; dan juga sebagai isyarat atas
keutamaan dan kemanfaatan mahluk tersebut supaya manusia dapat mengambil
pelajaran atau teladan darinya".
Selanjutnya, di dalam tafsir as-
Showi di jelaskan bahwa: Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah
menetapkan kerugian bagi seluruh manusia, kecuali orang yang melakukan 4 hal
yaitu: Iman, amal sholih, saling berwasiat dalam kebenaran, dan saling
berwasiat dalam kesabaran. Iman dan amal sholih khusus untuk diri sendiri,
sedangkan yang khusus untuk orang lain adalah saling berwasiat dalam kebenaran
dan saling berwasiat dalam kesabaran. Ibnu Katsir di dalam tafsirnya
menjelaskan bahwa:
1.
Iman
Maksudnya adalah beriman dengan hati mereka.
2.
Beramal Sholih
Maksudnya dengan anggota tubuhnya.
Imam al-Qusyairi di dalam tafsirnya Lathaiful Isyarah
menjelaskan maknanya adalah orang-orang yang ikhlas dalam beribadah.
3.
Saling berwasiat dalam
kebanaran
Maksudnya saling berwasiat dalam melaksanakan
keta’atan dan meninggalkan yang di haramkan.
4.
Saling berwasiat dalam
kesabaran
Maksudnya saling berwasiat dalam kesabaran atas
musibah-musibah dan taqdir.
Maka janganlah kita lalai dengan waktu,
yang membuat kita sengsara baik di dunia, lebih-lebih lagi di akhirat. Sebagai
penutup marilah kita renungkan hadits Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam
berikut ini:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ
فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua
kenikmatan di mana banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu
senggang.” [HR Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas]
Sewaktu sehat mereka tidak mau atau
sedikit beribadah, dan ketika senggang hanya untuk hura-hura dan melakukan
perbuatan yang sia-sia belaka.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
senantiasa menolong dan memberikan hidayah kepada kita di dalam memanfaatkan
waktu sesuai dengan keridhoan-Nya selama hidup kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar atau pertanyaan