Tampilkan postingan dengan label ar- Rahman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ar- Rahman. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Oktober 2020

Benarkah Surah ar- Rohman ayat 33 ayat iptek?

Pertanyaan:

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. 

Seringkali kita mendengar orang mengutip ayat berikut sebagai landasan iptek, benarkah demikian?

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

(QS. ar- Rohman:33).


Jawaban:

Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. 

Berikut kita kutip penjelasan pak Quraish Shihab:

Di Indonesia, ayat 33 Surah Al-Rahman dijadikan dasar oleh sebagian cendekiawan kita untuk membuktikan bahwa Al-Quran membicarakan persoalan-persoalan angkasa luar. Mereka menyatakan bahwa sejak 14 abad yang lalu, Al-Quran telah menegaskan bahwa manusia sanggup menuju ke ruang angkasa selama mereka mempunyai kekuatan, yaitu kekuatan ilmu pengetahuan. Kita tidak mengingkari bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk sampai ke bulan dan planet- planet lainnya. Bahkan manusia telah mendarat di bulan. Tetapi sulit dimengerti hubungan ayat ini dengan persoalan tersebut. 

Menurut hemat penulis, *ayat ini membicarakan keadaan di akhirat kelak* , yang menyampaikan tantangan Tuhan kepada manusia dan jin. Ayat tersebut berarti: “Wahai sekalian manusia dan jin bila kamu sekalian sanggup keluar dari lingkungan langit dan bumi untuk melarikan diri dari kekuasaan dan perhirungan yang kami adakan, maka keluarlah, larilah. Kamu sekalian tidak dapat keluar kecuali dengan kekuatan, sedang kalian tidak mempunyai kekuatan.” 

Perintah dalam ayat tersebut menunjukkan ketidakmam puan kedua golongan manusia dan jin untuk melaksanakan nya. Ayat tersebut dipahami demikian mengingat ayat sebelumnya yang berbunyi: Kami akan menghisab ( mengadakan perhitungan) khusus dengan kamu wahai manusia dan jin, maka manakah di antara nikmat-nikmat Tuhanmu yang kamu ingkari? Wahai golongan jin dan manusia bila kamu sekalian sanggup untuk keluar dari langit dan bumi (QS 55: 31-33).

Perhitungan khusus atau hisab tersebut akan diadakan di hari kemudian, bukan di dunia. Kalaulah ayat Ya ma‘syar al- jinni wa al-insi tersebut dianggap membicarakan keadaan di dunia dan menunjukkan kesanggupan manusia untuk melintasi angkasa luar, maka hendaknya, anggapan tersebut tidak segera dibenarkan setelah memperhatikan ayat berikutnya, yang berbunyi: Dikirim kepada golongan kamu berdua (wahai jin dan manusia) bunga api dan cairan tembaga sehingga kamu sekalian tak dapat mempertahankan diri ( tak dapat keluar dari lingkungan langit dan bumi) (QS 55: 35). 

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa usaha manusia dan jin untuk keluar dari lingkungan langit dan bumi akan gagal. Dari sini, hanya ada dua alternatif dalam menafsirkan ayat-ayat tadi: 

 *Pertama* , ayat 33 dari Surah Al-Rahman membicarakan persoalan dunia serta kesanggupan manusia keluar dari lingkungan langit dan bumi dalam arti keluar angkasa.

Dan *kedua* , ayat tersebut membicarakan keadaan di akhirat serta kegagalan manusia keluar dari lingkungan langit dan bumi untuk melarikan diri dari hisab dan perhitungan Tuhan. 

Jika dipilih altematif pertama, maka ini akan mengakibat kan dua hal yang sangat berbahaya bagi pandangan orang terhadap Al-Quran, yaitu: 

1. Bahwa Al-Quran bertentangan satu dengan yang lainnya, karena ayat 34 menerangkan kesanggupan manusia keluar dari lingkungan langit dan bumi, sementara ayat 35 menerangkan kegagalan manusia keluar dari keduanya. 

2. Al-Quran dalam hal ini ayat 35-bertentangan dengan kenyataan ilmiah, karena ayat tersebut menyatakan kegagalan manusia keluar dari lingkungan langit dan bumi. Sedangkan manusia abad ke-20 ini telah berhasil mendarat di luar lingkungan bumi (yaitu bulan) . 

Tetapi jika dipilih alternatif kedua, yaitu bahwa ayat-ayat tersebut membicarakan keadaan di akhirat, maka tidak akan didapati sedikit pun pertentangan. Firman Allah: J ika sekiranya Al-Quran datangnya bukan dari sisi Allah, niscaya mereka akan mendapat banyak pertentangan di dalamnya (QS 4: 82). 

Dalam ayat di atas tidak ada pertentangan, karena ayat ini menerangkan ancaman Tuhan kepada manusia dan jin, dan menyatakan ketidaksanggupan mereka keluar dari lingkungan langit dan bumi untuk melarikan diri dari perhitungan yang akan terjadi kelak di akhirat; karena mereka tidak mempunyai kekuatan.

(Di kutip dari buku: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, halaman 81-83).

Menyelami Makna Ayat "Fabiayyi Aalaai Robbikumaa Tukadzzibaan"

Tentu sebahagian kita pernah mendengar bahkan sering mendengar ayat di atas, adapun artinya adalah: " Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?". Ayat ini terulang sebanyak 31 kali di dalam surah ar- Rohman dan sebagaimana di sebutkan oleh Dr. 'Abdul 'Azhim Ibrohim Muhammad al- Muth'i di dalam kitabnya Khoshois at- Ta'bir al- qur'an merupakan pengulangan ayat terbanyak di dalam al- Qur'an. Dengan pengulangan sebanyak ini, tentu mempunyai tujuan, rahasia, dan hikmah. Para ulama tidak berupaya mencari mengapa jumlah pengulangan itu harus sebanyak 31 kali, karena menurut al- Imam Al- Fakhrurrozi di dalam tafsirnya at- Tafsir al-Kabir bahwa janganlah memaksakan diri untuk mengetahui hal- hal yang berada di luar kemampuannya, dan jumlah yang 31 kali itu masuk kedalam masalah penetapan Allah (Tauqifiyyah) yang tak dapat di jangkau oleh nalar.

Para ulama mencoba memberikan penafsiran terhadap penempatan ayat tersebut berdasarkan konteksnya. Dengan demikian dari 31 ayat pengulangan ayat   terdapatlah 4 kelompok sebagaimana yang di sebutkan oleh Taj al- Qurro' Mahmud Ibnu Hamzah Ibnu Nasru al- Karomani di dalam kitabnya asroru at- Takror fi al- Qur'an. Sehingga konteks itulah yang membedakan masing- masing kelompok dari yang lain.

1.    Kelompok Pertama

Kelompok pertama terdiri dari 8 kali pengulangan. Pada kelompok kedua ini, pengulangan ayat- ayat terletak setelah ayat- ayat yang di dalamnya mencakup keajaiban- keajaiban ciptaan Allah, kesempurnaan ciptaan-Nya, awal penciptaan dan tempat kembalinya mereka.

2.    Kelompok kedua

Kelompok kedua terdiri dari 7 kali pengulangan. Pada kelompok kedua ini, pengulangan ayat- ayat terletak setelah ayat- ayat yang di dalamnya mencakup penyebutan neraka dan siksanya yang sangat pedih berdasarkan jumlah pintu- pintu neraka Jahannam.

Lalu mengapa informasi tentang siksa neraka ini di sebutkan sebagai nikmat dari Allah? Bukankah neraka itu tempat yang paling buruk dan paling menyakitkan? Bukankah siksa neraka itu ancaman?

Imam az- Zarkasyi di dalam kitabnya al- Burhan fi 'Ulum al- Qur'an menyebutkan bahwa sesungguhnya nikmat Allah itu juga terdapat di dalam sesuatu yang telah di ingatkan-Nya dan di suruh berhati- hati terhadap siksa-Nya, atas siksa-Nya agar berhati- hati dan menjauhinya. Ibnu Qutahaibah menjawab di dalam kitabnya Ta'wilu Musykil al- Qur'an Bukankah peringatan keras semacam itu merupakan anugerah Allah yang tak ternilai harganya karena dengan mengindahkan peringatan tersebut mereka akan terhindar dari siksaan dan penderitaan yang berkepanjangan di dalam neraka kelak?

3.    Kelompok ketiga

Kelompok kedua terdiri dari 8 kali pengulangan. Pada kelompok kedua ini, pengulangan ayat- ayat terletak setelah ayat- ayat yang di dalamnya mencakup penyebutan sifat surga kelas tinggi dan para penghuninya berdasarkan jumlah pintu- pintu surga.

4.    Kelompok keempat

Kelompok kedua terdiri dari 8 kali pengulangan. Pada kelompok kedua ini, pengulangan ayat- ayat terletak setelah ayat- ayat yang di dalamnya mencakup penyebutan tentang dua surga yang derajatnya berada di bawah dua surga sebelumnya.

Kesimpulannya:

Taj al- Qurro' Mahmud Ibnu Hamzah Ibnu Nasru al- Karomani menyebutkan siapa yang meyakini dan mengamalkan delapan ayat kelompok pertama, maka ia berhak memperoleh dua kelompok delapan yang berikutnya (Surga dan kenikmatannya), dan lebih penting lagi ia terhidar dari kelompok tujuh ayat tadi (Siksa Neraka).

KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI

  KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI   اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُوْرَ الْمُوَفَّقِيْنَ بِأَلْطَافِ بِرِّهِ وَآلَائِهِ، وَنُوْرِ بَصَ...