Tampilkan postingan dengan label Iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Iman. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Juni 2021

5 KEGELAPAN DAN 5 PENERANGNYA

Pernahkah kita merasakan ketika lampu padam total atau berada di tempat yang belum ada listrik ketika tengah malam yang tidak ada cahaya sedikitpun? Bagaimana perasaan kita? Suasana menjadi gelap, mencekam, takut, nafas menjadi sesak dan perasaan- perasaan lainnya yang tidak menyenangkan. Intinya kegelapan itu membuat hidup kita resah dan tidak tahu arah. Gambaran kegelapan bisa saja bersifat fisik, bisa juga bersifat ruhani, atau kedua- duanya yakni gelap secara fisik dan ruhani.

Khalifah Rasulullah SAW yang pertama, yakni Abu Bakar as- Shiddiq RA menjelaskan tentang 5 kegelapan dan 5 penerang dari kegelapan tersebut. Hal ini di terangkan oleh Imam Ibnu Hajar al- ‘Asqolani di dalam kitabnya yang kemudian di syarah oleh Imam Muhammad Nawawi bin ‘Umar al- Jawi yakni kitab Syarhu Nashoihi al- ‘Ibad.



1.            

                         

(Cinta dunia adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taqwa).


Mengapa demikian? Karena cinta dunia akan menyeret pelakunya kepada hal- hal yang syubhat (samar-samar), kemudian karena ia terbiasa dengan yang samar- samar akhirnya terseret kepada yang harom. Rasulullah SAW bersabda:


حب الدنيا رأس كل خطيئة


Artinya: 

“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan”. (H.R. al- Baihaqi).


Penerangnya adalah taqwa, yakni menghindar dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.




2.   


(Dosa adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taubat). 


Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »


Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” 

(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, an- Nasa’i, Ibnu Hibban dan al- Hakim).

3.    



(Kuburan itu gelap dan penerangnya adalah لا إله إلاالله، محمد رسول الله).


Rasulullah SAW bersabda:


إنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33).


Di katakan oleh ulama lain bahwa ada 7 hal yang bisa menyinari gelapnya alam kubur:

a. Ikhlas dalam beribadah

b. Berbuat baik kepada kedua orang tua

c. Shilaturrahim

d. Tidak menghabiskan umurnya dalam kemaksiatan

e. Tidak mengikuti hawa nafsunya

f. Bersungguh- sungguh di dalam menta’ati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

g. Banyak berzikir mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.




4.   


(Akhirat itu gelap dan penerangnya adalah amal sholih).

Mengapa di katakan gelap? Karena saking menakutkannya keadaan pada hari kiamat. 




5.   


(Jembatan Shirothol Mustaqim itu gelap dan penerangnya adalah yakin).

Yaitu realisasi dari membenarkan yang ghaib dengan menghilangkan semua keraguan (terhadap yang ghaib tersebut).


Demikianlah, semoga melalui khutbah ini, kita semakin semangat untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tutup dengan mendengarkan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا﴿١٧٤﴾فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا 


Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allâh akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai)kepada-Nya. [An-Nisa/4:174-175]

MANUSIA YANG RUGI

 Allah Ta’ala berfirman,


وَالْعَصْرِ،  إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.

Manusia Benar-Benar dalam Kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.

Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.

Beriman kepada Allah tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Di dalam iman harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.

Jadi orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Kedua Mereka yang Beramal Sholeh, yakni yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.

Ketiga adalah mereka yang Saling Menasehati dalam Kebenaran. Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasehati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.

Keempat adalah Mereka yang Saling Menasehati dalam Kesabaran yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan.

Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.

kesimpulannya, manusia yang sukses adalah yang selalu menjaga hubungan baik dengan Allah dan menjaga hubungan baik dengan makhluk.

Selasa, 06 Oktober 2020

KISAH KASIH SAYANG DAN PERTOLONGAN ALLAH

Al-Hafiz ibnu Asakir dalam biografi seorang lelaki yang menjadi guru Abu Bakar Muhammad ibnu Daud Ad-Dainuri yang dikenal dengan nama Ad-Duqqi seorang sufi. Muhammad ibnu Daud menceritakan bahwa lelaki itu pernah menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani. Dan di suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa; dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi. Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, "Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas." Ia berkata, "Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?" Lelaki itu berkata, "Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita." Akhirnya kami terpaksa menempuhnya dan sampailah kami di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat. Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), "Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun." Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku. Lalu saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya, "Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh)." Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu." Aku pertakuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku), tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, "Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk salat dua rakaat." Ia menjawab, "Segeralah kamu lakukan." Aku berdiri dan melakukan salat, tetapi Al-Qur'an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan "Cepat sedikit." Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilang­kan kesusahan. (An-Naml: 62). Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu. Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau ini?" Penunggang kuda menjawab, "Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya". Lalu aku mengambil hewan begalku berikut semua muatannya dan pulang dengan selamat.


Dikutip secara Bebas dari buku yg saya baca (lihat gambar cover nya pada status saya sebelumnya) dan buku ini mengutip tafsir ibnu katsir QS. an-Naml ayat 62.

Senin, 05 Oktober 2020

NILAI HIJRAH

NILAI APAKAH YANG BISA KITA AMBIL KETIKA RASULULLAH HIJRAH?

Ketika Rasulullah saw mengutarakan maksudnya berhijrah mengajak sahabat beliau Abu Bakar as- Shiddiq. Maka dengan segera Abu Bakar menyiapkan unta terbaik untuk Rasulullah berhijrah. 


Tetapi Rasulullah صلى الله عليه وسلم  menolaknya. Bahkan beliau membeli dari hartanya sendiri unta terbaik untuk hijrah. Kenapa?


Karena, beliau ingin memberikan pengorbanan yang maksimal dan terbaik dalam rangka melaksanakan perintah hijrah dari Allah سبحانه وتعالى.


Hijrah adalah upaya keras untuk memberikan hati semata kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Ini yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam dengan mengutip Surat An-Najm ayat 42:


 لا ترحل من كون إلى كون فتكون كحمار الرحى يسير والمكان الذي ارتحل إليه هو الذي ارتحل منه ولكن ارحل من الأكوان إلى المكون (وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى 


Artinya, “Janganlah kau berpindah dari alam ke alam karena kau akan seperti keledai pengilingan, di mana tujuan yang sedang ditempuhnya adalah titik mula ia berjalan. Tetapi berpindahlah dari alam kepada Penciptanya. Allah berfirman, ‘Hanya kepada Tuhanmu titik akhir tujuan,’ (Surat An-Najm ayat 42).”

5 KEGELAPAN DAN 5 PENERANGNYA

 Pernahkah kita merasakan ketika lampu padam total atau berada di tempat yang belum ada listrik ketika tengah malam yang tidak ada cahaya sedikitpun? Bagaimana perasaan kita? Suasana menjadi gelap, mencekam, takut, nafas menjadi sesak dan perasaan- perasaan lainnya yang tidak menyenangkan. Intinya kegelapan itu membuat hidup kita resah dan tidak tahu arah. Gambaran kegelapan bisa saja bersifat fisik, bisa juga bersifat ruhani, atau kedua- duanya yakni gelap secara fisik dan ruhani.

Khalifah Rasulullah SAW yang pertama, yakni Abu Bakar as- Shiddiq RA menjelaskan tentang 5 kegelapan dan 5 penerang dari kegelapan tersebut. Hal ini di terangkan oleh Imam Ibnu Hajar al- ‘Asqolani di dalam kitabnya yang kemudian di syarah oleh Imam Muhammad Nawawi bin ‘Umar al- Jawi yakni kitab Syarhu Nashoihi al- ‘Ibad.



1.            

                         

(Cinta dunia adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taqwa).


Mengapa demikian? Karena cinta dunia akan menyeret pelakunya kepada hal- hal yang syubhat (samar-samar), kemudian karena ia terbiasa dengan yang samar- samar akhirnya terseret kepada yang harom. Rasulullah SAW bersabda:


حب الدنيا رأس كل خطيئة


Artinya: 

“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan”. (H.R. al- Baihaqi).


Penerangnya adalah taqwa, yakni menghindar dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.




2.   


(Dosa adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taubat). 


Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »


Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” 

(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, an- Nasa’i, Ibnu Hibban dan al- Hakim).

3.    



(Kuburan itu gelap dan penerangnya adalah لا إله إلاالله، محمد رسول الله).


Rasulullah SAW bersabda:


إنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33).


Di katakan oleh ulama lain bahwa ada 7 hal yang bisa menyinari gelapnya alam kubur:

a. Ikhlas dalam beribadah

b. Berbuat baik kepada kedua orang tua

c. Shilaturrahim

d. Tidak menghabiskan umurnya dalam kemaksiatan

e. Tidak mengikuti hawa nafsunya

f. Bersungguh- sungguh di dalam menta’ati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

g. Banyak berzikir mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.




4.   


(Akhirat itu gelap dan penerangnya adalah amal sholih).

Mengapa di katakan gelap? Karena saking menakutkannya keadaan pada hari kiamat. 




5.   


(Jembatan Shirothol Mustaqim itu gelap dan penerangnya adalah yakin).

Yaitu realisasi dari membenarkan yang ghaib dengan menghilangkan semua keraguan (terhadap yang ghaib tersebut).


Demikianlah, semoga melalui khutbah ini, kita semakin semangat untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tutup dengan mendengarkan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا﴿١٧٤﴾فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا 


Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allâh akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai)kepada-Nya. [An-Nisa/4:174-175]


KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI

  KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI   اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُوْرَ الْمُوَفَّقِيْنَ بِأَلْطَافِ بِرِّهِ وَآلَائِهِ، وَنُوْرِ بَصَ...