Minggu, 31 Oktober 2021

Khutbah Jum'at: METODE QUR'ANI DALAM MEMBINA PRIBADI DAN UMMAT

 KHUTBAH JUM’AT: (Di sampaikan di Masjid Polres Tebo Jambi pada Jum'at, 28 Oktober 2021)

METODE QUR’ANI DALAM MEMBINA PRIBADI DAN UMMAT*

اَلْحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريم
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ



Jamaah Jumat Rahimakumullah


Pertama, marilah kita memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat iman, islam dan kesehatan, serta nikmat lainnya, sehingga kita bisa senantiasa beribadah kepada- Nya.

Kedua, marilah kita bersholawat kepada Nabi kita Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah mendidik kita ummatnya, sehingga menjadi ummat yang beriman dan beramal sholih.

Selanjutnya, khotib berwasiat marilah kita bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jama’ah Jum’at Rohimakumullah, judul khutbah hari ini adalah “Metode Qur’ani Dalam Membina Pribadi Dan Ummat.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam al- Qur’an:

 رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” ( Surah al- Baqoroh ayat 129).

Metode membina pribadi dan ummat dari ayat ini adalah:

1. Membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (al- Qur’an).

Metode pertama membina pribadi kita secara mandiri, membina keluarga, masyarakat,  lembaga, dan ummat secara umum adalah harus berupaya agar kita dan mereka bisa membaca al- Qur’an dengan baik dan benar serta mengulang- ulang al- Qur’an setiap hari. Dan di antara keutamaan membaca al- Qur’an adalah bisa membersihkan karat di hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam:

عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ. 

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air." Beliau ditanya "Wahai Rasulullah , bagaimana cara membersihkannya?" Rasulullah bersabda, "Memperbanyak mengingat maut dan membaca Al-Qur'an ." (HR. Al-Baihaqi di dalam Syu’bul Iman).

2. Mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah).

Syaikh Mutawalli as- Sya’rawi menjelaskan di dalam tafsirnya Tafsir asy- Sya’rawi bahwa terdapat perbedaan antara tilawah dan ta’lim pada ayat ini. Tilawah hanya membaca al- Qur’an saja, sedangkan ta’lim adalah mengetahui makna ayat, penerapan dan seluk beluk ayat. Maka berdasarkan ayat di atas berarti harus mengetahui makna al- Qur’an dan hadits.

Metode kedua untuk membina pribadi dan ummat, kita dan ummat harus terus berupaya belajar langsung kepada para ulama tentang maksud ayat- ayat al- Qur’an maupun Hadits dengan menggunakan kitab- kitab tafsir dan syarah- syarah (penjelasan) Hadits yang di susun oleh para ulama besar. Hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam surah an- Nahl ayat 43: 

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,”


Jangan sampai kita memahami al- Qur’an hanya memahami sendiri dengan bermodalkan terjemahan saja, jika hanya bermodalkan terjemahan saja, ini jelas tanpa ilmu. Dan bisa termasuk kedalam orang yang di ancam Rasulullah di dalam sabdanya:

Dari Ibn Abbas Rasulullah SAW. bersabda:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ 

Dari Ibn Abbas r.a. Rasulullah S.A.W. Bersabda: Barang siapa berbicara tentang Alquran tanpa disertai ilmu, maka hendaklah bersiap-siap mengambil tempat duduknya dari api neraka, 

Abu Musa berkata ini hadits hasan-shahih (HR. Turmudzi). Hadis riwayat Turmudzi dari Ibn Abbas, kitab tafsir Alqur’an ‘an Rasulillah, bab ma ja’a fi alladzi yufassiru Al Qur’an bi ar ra’yi, hadis no 2874 dan riwayat Ahmad hadis no 1965.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 


Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapatkan pelajaran” (QS Shad: 29).

Jama’ah Jum’at Rohimakumullah,


3. mensucikan mereka

Metode ketiga dalam membina pribadi dan ummat berdasarkan ayat di atas adalah dengan mensucikan diri. Maksud mensucikan dari ayat ini di himpun dari beberapa kitab tafsir di antaranya adalah:

a. mensucikan ummatnya dari mempersekutukan Allah (Syirik), menyembah berhala, dan mengembangkan dan memperbanyak ketaatan kepada Allah, 

b. mengarahkan mereka ke jalan kebaikan dan kesempurnaan iman, 

c. mensucikan dari dosa.

Agar bisa terbebas dari kemusyrikan, maka wajib terlebih dahulu mempelajari ilmu tauhid sesuai pemahaman para ulama ahlussunnah wal jama’ah, agar bisa melakukan keta’atan ibadah dan bermu’amalah dengan cara yang benar, maka wajib mempelajari ilmu fiqih sesuai mazhab masing- masing. Agar bisa mengetahui secara detail dan sistematis bagaimana berakhlaq yang baik, maka wajib mempelajari ilmu tasawuf/ akhlaq.

Akhirnya, dapat di simpulkan bahwa dalam membina pribadi dan ummat sesuai dengan ayat di atas adalah:

1. Terus membaca al- Qur’an secara berulang- ulang.

2. Terus belajar memahami al- Qur’an bersama para ulama melalui kitab- kitab tafsir.

3. Terus mengamalkan ajaran Islam secara benar berdasarkan pemahaman ulama ahlussunnah wal jama’ah.

Sebagai penutup, ada baiknya ilmu yang di peroleh dari khutbah ini di sampaikan pula kepada keluarga atau teman lainnya.

Demikianlah khutbah ini di sampaikan, mohon maaf jika ada kesalahan dan semoga melaui khutbah ini اللَّهِ memberikan kebaikan kepada kita semua. 

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ 

 



Khutbah Kedua


 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ 

Berikut ini video yang isinya hampir sama:

https://youtu.be/WIluOZ3MmoU


Sabtu, 04 September 2021

Contoh Teks Konsep Pidato: Generasi Qur’ani Untuk Kejayaan Indonesia


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصْحَبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
رَبِّ اشْـَرحْ لِي صَـدْرِيْ وَيَسِّرْلِي أَمْـِريْ وَاحْلُلْ عُقْـدَةً مِنْ لِسَـانِي يَفْقَـهُوْا قَـوْلِي.
صدق الله العظيم

Yang terhormat, Bapak- Bapak Dewan Juri.
Yang kami sayangi teman- teman semuanya.
Seluruh hadirin dan hadirot Rohimakumullah.

Pertama, marilah kita memuji dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan beraneka ragam nikmat kepada kita, khususnya nikmat iman, Islam dan ilmu pengetahuan, sehingga kita bisa senantiasa beribadah kepada-Nya.

Kedua, Shalawat dan Salam, semoga senantiasa Allah curahkan kepada nabi kita, pemimpin sekalian para Nabi dan Rasul, yakni Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga kita senatiasa bisa mengikuti dan melaksanakan seluruh ajaran- ajaran beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan ceramah agama yang berjudul: Generasi Qur’ani Untuk Kejayaan Indonesia.

Napoleon Bonaparte pemimpin Prancis masa lalu, pernah menyatakan: 

Based on the principles of the Qur'an, which alone are true and alone can lead  men to happiness.

“Berdasarkan prinsip- prinsip al-Qur'an, yang satu-satunya yang benar dan satu- satunya yang dapat membawa manusia  menuju kebahagiaan.”

Dari ungkapan di atas dapat di fahami bahwa dengan mengamalkan al- Quran, manusia akan bahagia, begitu pula suatu negara, jika ingin bahagia maka terapkanlah nilai- nilai al-Qur’an. Dan untuk bisa terus berjaya, suatu negara harus betul-betul menyiapkan generasi yang kuat yang dilandasi nilai- nilai al- Qur’an. Dan memang, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita semua untuk membangun generasi Qur’ani yang kuat, dan takut meninggalkan generasi yang lemah, sebagaimana firmannya di dalam al-Qur’an surat an- Nisa' ayat 9:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya: “Hendaklah takut (kepada Allah) orang yang, bila (wafat dan) meninggalkan keturunan tiada berdaya, kuatir akan nasib mereka. Hendaklah mereka bertakwa kapada Allah, dan menga-takan kata-kata yang benar.”

Mafhum mukhalafah-nya, ayat ini sebagai intruksi Allah kepada kita, saya, saudara dan kita semua insan-insan beriman agar kita meninggalkan generasi-generasi yang hebat, kuat dan amanat. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah Shollallhu ‘alaihi wa sallam: 

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

Artinya: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah." (Hadis Riwayat Muslim).

Telah terbukti peranan dan kekuatan generasi muda di Negara kita ini sejak tahun 1908, masa Kebangkitan Nasional sampai menjelang detik-detik Proklamasi dikumandangkan, seluruh  generasi muda yang tergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan mampu merebut kemerdekaan.

Tapi, kondisi sekarang sungguh amat memprihatinkan, para pemuda telah banyak terlena oleh game online, menonton video porno, pergaulan bebas, sehingga karakter mereka terbentuk oleh informasi negatif di media sosial, mengkonsumsi narkoba, melawan bahkan membunuh orang tua kandung dan lain- lain. Bagaimana solusinya?

Solusinya adalah mengikuti langkah- langkah sistematis yang telah di terapkan oleh Rasulullah Shollallhu ‘alaihi wa sallam ketika memperbaiki kondisi bangsa Arab yang tergambar di dalam Surah al- Jumu’ah ayat 2:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Berasarkan ayat di atas, maka ada 3 langkah yang perlu di lakukan untuk membentuk generasi Qur’ani:

Pertama: Senantiasa membaca al- Qur’an akan membawa ketenangan hati, membersihkan karat di hati, sehingga pemuda yang senantiasa membaca al- Qur’an akan selalu bersih hatinya. Dan akan berpengaruh terhadap kebaikan perilaku sehari- harinya.

Kedua: Mensucikan hati dari kemusyrikan dan kotoran hatinya, membersihkan akhlak yang tercela, sehingga generasi kita menjadi generasi yang berkarakter unggul.
Ketiga: Generasi Qur’ani akan selalu mempelajari hukum- hukum dan ilmu- ilmu di dalam al- Qur’an dan Hadits, karena memang al- Qur’an sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam “Jawahir al-Qur’an”mencakup beragam ilmu. 

Diantara ilmu yang yang berlandaskan al- Qur’an yang menunjang kemajuan dan kejayaan negara kita adalah:

1. Ekonomi Syari’ah
Ekonomi Syari’ah, adalah sistem ekonomi yang prinsip dasarnya berlandaskan al-Qur’an, hadits, dan sumber hukum Islam lainnya. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia ditandai oleh perkembangan bisnis lembaga keuangan syariah seperti bank umum syariah- bank muamalat Indonesia, bank syariah mandiri, bank syariah mega Indonesia- unit usaha syariah bank konvensional, BPRS, BMT, Takaful, pegadaian syariah.

2. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam Indonesia mengarah pada pendidikan integralistik yang berpandangan bahwa manusia merupakan pribadi jasmani-rohani, intelektual, perasaan dan individu-sosial. Secara umum menyatukan dan menselaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Maka melalui pendidikan Islam inilah, di berbagai lembaga pendidikan Islam, muncul beragam jurusan, seperti ekonomi syari’ah, kedokteran, Matematika, sains dan teknologi, hukum, psikologi, sosiologi dan seluruh cabang ilmu sudah mulai di ajarkan di berbagai lembaga pendidikan Islam. 

Akhirnya, dari uraian di atas di peroleh kesimpulan:

1. Di tangan generasi mudalah kelanjutan dan kejayaan bangsa Indonesia.

2. Generasi yang mampu membuat Indonesia jaya adalah generasi yang tauhidnya kuat, ibadahnya taat, akhlak dan karakternya bermartabat.

3. Bukan hanya pandai membaca al- Qur’an, tetapi generasi Qur’ani juga mampu memahami al- Qur’an dan mampu mengaplikasikannya dalam seluruh aspek kehidupan.

Saya tutup ceramah ini dengan pernyataan seorang orientalis barat, H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam menyatakan:

“Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” 

(Islam sesungguhnya lebih dari sebuah agama. Ia adalah suatu peradaban yang sempurna).

Demikianlah, jika ada kesalahan dan kekhilafan terhadap kita sesama manusia, saya mohon maaf, dan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saya memohon ampunan.

وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ والهِدَايَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ 

Minggu, 27 Juni 2021

Apakah ikhlas itu ada tingkatannya?

Apakah ikhlas itu ada tingkatannya?

Ya, ikhlas itu ada 3 tingkatan, yaitu:

1. Ikhlas tingkat tinggi.

Melakukan amal hanya karena Allah dan karena melaksanakan perintah-Nya. la memandang bahwa Allah adalah Tuhan, sedangkan dirinya adalah hamba. Sehingga dia beribadah bukan karena berharap atau agar terhindar dari sesuatu apapun selain Allah.

2. Ikhlas tingkat sedang.

Melakukan amal karena melaksanakan perintah Allah dengan mengharap pahala dan terhindar dari siksa.

3. Ikhlas tingkat rendah.

Melakukan amal karena merasa sudah dimuliakan oleh Allah dalam kehidupan di dunia dan terhindar dari musibah-musibah dunia. 

Jika manusia beramal bukan karena salah satu hal di atas, maka dinamakan riya' (pamer)."


Sumber: 

1. kitab Tuhfatul Murid syarah Jauharuttauhid, Syaikh al- Laqqani, halaman 37.

2. Terjemah Sabilulul 'Abid 'Ala Jauharuttauhid, KH. Sholeh Darat, halaman 28.

Kamis, 10 Juni 2021

Meniru Sifat Rasul Yang Terkandung Didalam Surat Al-Baqarah Ayat 129

 رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. ( Surah al- Baqoroh ayat 129).

SIFAT RASUL DARI AYAT INI

1. yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (al- Qur’an).


Meniru Nabi kita Muhammad Shallallu’alaihi wa sallam berdasarkan ayat ini:

a. Secara pribadi, berarti kita harus senantiasa banyak membaca al- Qur’an setiap hari

b. Dan secara sosial, jika bacaan kita sudah benar, berarti kita harus mengajarkan orang lain membaca al- Qur’an. 


2. mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah).


Syaikh Mutawalli as- Sya’rawi menjelaskan di dalam tafsirnya Tafsir asy- Sya’rawi bahwa beda antara tilawah dan ta’lim pada ayat ini. Tilawah hanya membaca al- Qur’an saja, sedangkan ta’lim adalah mengetahui makna ayat, penerapan dan seluk beluk ayat.


Meniru Nabi kita Muhammad Shallallu’alaihi wa sallam berdasarkan ayat ini:


a. Secara pribadi, Setelah bisa membaca al-Qur’an, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk belajar kepada para ulama tentang makna dan pemahaman dari al- Qur’an dan Hadits.

b. Dan secara sosial, jika kita sudah memperoleh pemahaman tentang suatu ayat atau hadis, maka hendaklah mengajarkannya kepada orang lain.


3. mensucikan mereka


Dari beberapa tafsir maksud mensucikan di sini adalah:

a. mensucikan ummatnya dari mempersekutukan Allah (Syirik), menyembah berhala, dan mengembangkan dan memperbanyak ketaatan kepada Allah, 

b. mengarahkan mereka ke jalan kebaikan dan kesempurnaan iman, 

c. mensucikan dari dosa.


Meniru Nabi kita Muhammad Shallallu’alaihi wa sallam berdasarkan ayat ini berarti:

a. Secara pribadi, harus berusaha selalu memelihara diri dari kesalahan dan dosa, dan jika ada kesalahan, harus segera memohon ampun kepada Allah dan bertaubat, serta memperbanyak ibadah dan mengamalkan ajaran Islam yang lain.

b. Secara sosial, sambil memelihara dan memperbaiki diri dan memperbanyak iabadah kita juga punya kewajiban untuk memperbaiki kondisi lingkungan sosial kita dan mengajak mereka beribadah dan mengamalkan ajaran Islam, di mulai dari keluarga, tetangga, masyarakat sekitar dan seterusnya masyarakat yang lebih luas lagi, tetapi tetap dengan cara yang penuh hikmah (bijaksana) dan pengarahan atau pengajaran yang baik.


Kesimpulan 


Islam bukan hanya agama untuk perbaikan dan keselamatan pribadi, tapi kita untuk perbaikan dan keselamatan masyarakat bahkan untuk seluruh alam, oleh karena setiap kita mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki didri sendiri dan lingkungan kita di mulai dari keluarga dan seterusnya.

KEZALIMAN

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ

Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya. (Ghafir: 18).

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟” قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ” 

Artinya: 

“Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tahukah kalian siapakah yang dinamakan muflis atau orang bangkrut? Orang-orang menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda. Nabi menjawab: Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Contoh-contoh perbuatan zalim kepada sesama manusia adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA (lihat hadits di bawah), yakni antara lain mencaci maki orang lain  (شَتَمَ),  menuduh/memfitnah orang lain (قَذَفَ), memakan harta orang lain (أَكَلَ مَالَ), menumpahkan darah orang lain (سَفَكَ دَمَ), dan memukul orang lain (ضَرَبَ).

7 MACAM AMAL MENURUT BALASANNYA

Di dalam mensyarahkan hadis al- Arbain an- Nawawiyah yang ke- 37, Syaikhul Islam Zakariya al Anshori menyebutkan sebuah hadis yang di riwayatkan oleh al- Badzzar:

  الأعمال سبعة: عملان موجبان وعملان واحد بواحد وعمل الحسنة فيه بعشرة وعمل الحسنة فيه بسبعمائة ضعف وعمل لا يحصى ثوابه إلا الله تعالى   

Artinya: “Amal itu ada tujuh macam, yakni dua amalan yang memastikan, dua amalan di mana satu dibalas dengan satu, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat sepuluh pahala, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat tujuh ratus kali lipat pahala, dan amalan yang tidak bisa menghitung pahalanya kecuali oleh Allah saja” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Syarhul Arba’ȋn An-Nawawiyyah [Beirut: Darul Kutubil ‘Ilmiyah, tt.], hal. 143).   

Pertama dan kedua, dua macam amalan yang memastikan adalah iman dan kufur. Orang yang beriman kepada Allah dan meninggal dunia dalam keadaan masih beriman serta tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, maka imannya itu memastikan ia masuk ke dalam surga.   Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits: 

  يُخْرَجُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ الإِيمَانِ

Artinya: “Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang di hatinya terdapat sebiji dzarah keimanan” (Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Jâmi’ut Tirmidzi hadis yang ke 1922).   

Sedangkan orang kafir yang tidak beriman kepada Allah, hingga akhir hayatnya ia masih tetap dalam kekafirannya, maka kekafirannya itu memastikan ia masuk ke dalam api neraka.   

Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 161-162 Allah berfirman:   

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ, خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ   

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati dalam keadaan kafir mereka itu dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan semua manusia. Mereka kekal di dalamnya. Tidak diringankan siksaan dari mereka dan mereka tidak pula diberi penangguhan.”   

Imam Baidlawi di dalam kitab tafsirnya menuturkan makna ‘mereka kekal di dalamnya’ adalah kekal di dalam laknat atau kekal di dalam neraka (Abdullah bin Umar Al-Baidlawi, Anwȃrut Tanzȋl wa Asrȃrut Ta’wȋl [Beirut: Darul Kutubil ‘Ilmiyyah: 2018], jil. I, hal 97).   

Ketiga dan keempat, dua amalan yang satu dibalas dengan satu atau dibalas secara sepadan adalah perbuatan jelek dan keinginan untuk berbuat baik. Orang yang telah melakukan suatu kejelekan maka ia akan mendapatkan balasannya secara sepadan. Bila ia lakukan satu kali, maka ia dapatkan balasan satu kali. Bila ia lakukan dua kali, maka ia dapatkan balasannya dua kali. Begitu seterusnya.   Allah berfirman dalam Surat Al-An’am ayat 160: 

  وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ   

Artinya: “Dan barang siapa yang datang dengan membawa kejelekan maka ia tidak dibalas kecuali yang semisalnya dan mereka tidak akan diperlakukan secara zalim.”   

Sementara itu, orang yang memiliki keinginan untuk melakukan suatu kebaikan, kemudian ia tak melakukan kebaikan itu karena adanya alasan tertentu, maka ia mendapatkan balasan satu kebaikan.   Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah: 

  إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً 

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan berbagai perkara yang baik dan berbagai perkara yang jelek, kemudian menjelaskan hal tersebut. Maka barang siapa yang berkeinginan melakukan satu kebaikan kemudian ia tidak melakukannya, maka Allah mencatat kebaikan itu di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna...” (Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahȋh Muslim Nomor 131).   

Kelima, amalan yang pelakunya dibalas sepuluh kali lipat adalah amalan kebaikan secara umum. Siapa pun yang melakukan sebuah kebaikan maka ia mendapatkan pahala kebaikan itu sepuluh kali lipat.   Firman Allah dalam Surat Al-An’am ayat 160:  

 مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا   

Artinya: “Barang siapa yang datang dengan membawa satu kebaikan maka baginya sepuluh kali lipat kebaikan tersebut.”

Keenam, amalan yang pelakunya mendapatkan balasan pahala tujuh ratus kali lipat adalah menginfakkan harta di jalan Allah. Berapa pun harta yang diinfakkan oleh seorang hamba, maka ia akan mendapatkan balasannya tujuh ratus kali lipat dari apa yang ia infakkan.  Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 261:  

 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ   

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di mana dalam masing-masing bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Dzat yang Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”   

Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya al-Munȋr li Ma’ȃlimit Tanzȋl menyebutkan bahwa pelipatgandaan pahala infak hingga lebih dari tujuh ratus kali lipat ini tergantung pada kadar keikhlasan dan kesusahan orang yang berinfak.   

Ketujuh, amalan yang pahalanya hanya diketahui oleh Allah saja adalah ibadah puasa. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits qudsi di mana Allah berfirman:  

 إِنَّ الصَّوْمَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ   

Artinya: “Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”   

Karena puasa adalah ibadah yang tidak terlihat oleh orang lain dan hanya Allah yang tahu bagaimana kadar dan kualitas puasa seseorang, maka Allah bertindak sendiri untuk memberikan pahalanya.

5 KEGELAPAN DAN 5 PENERANGNYA

Pernahkah kita merasakan ketika lampu padam total atau berada di tempat yang belum ada listrik ketika tengah malam yang tidak ada cahaya sedikitpun? Bagaimana perasaan kita? Suasana menjadi gelap, mencekam, takut, nafas menjadi sesak dan perasaan- perasaan lainnya yang tidak menyenangkan. Intinya kegelapan itu membuat hidup kita resah dan tidak tahu arah. Gambaran kegelapan bisa saja bersifat fisik, bisa juga bersifat ruhani, atau kedua- duanya yakni gelap secara fisik dan ruhani.

Khalifah Rasulullah SAW yang pertama, yakni Abu Bakar as- Shiddiq RA menjelaskan tentang 5 kegelapan dan 5 penerang dari kegelapan tersebut. Hal ini di terangkan oleh Imam Ibnu Hajar al- ‘Asqolani di dalam kitabnya yang kemudian di syarah oleh Imam Muhammad Nawawi bin ‘Umar al- Jawi yakni kitab Syarhu Nashoihi al- ‘Ibad.



1.            

                         

(Cinta dunia adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taqwa).


Mengapa demikian? Karena cinta dunia akan menyeret pelakunya kepada hal- hal yang syubhat (samar-samar), kemudian karena ia terbiasa dengan yang samar- samar akhirnya terseret kepada yang harom. Rasulullah SAW bersabda:


حب الدنيا رأس كل خطيئة


Artinya: 

“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan”. (H.R. al- Baihaqi).


Penerangnya adalah taqwa, yakni menghindar dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.




2.   


(Dosa adalah kegelapan dan penerangnya adalah Taubat). 


Rasulullah SAW bersabda:


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »


Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” 

(HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, an- Nasa’i, Ibnu Hibban dan al- Hakim).

3.    



(Kuburan itu gelap dan penerangnya adalah لا إله إلاالله، محمد رسول الله).


Rasulullah SAW bersabda:


إنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33).


Di katakan oleh ulama lain bahwa ada 7 hal yang bisa menyinari gelapnya alam kubur:

a. Ikhlas dalam beribadah

b. Berbuat baik kepada kedua orang tua

c. Shilaturrahim

d. Tidak menghabiskan umurnya dalam kemaksiatan

e. Tidak mengikuti hawa nafsunya

f. Bersungguh- sungguh di dalam menta’ati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

g. Banyak berzikir mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.




4.   


(Akhirat itu gelap dan penerangnya adalah amal sholih).

Mengapa di katakan gelap? Karena saking menakutkannya keadaan pada hari kiamat. 




5.   


(Jembatan Shirothol Mustaqim itu gelap dan penerangnya adalah yakin).

Yaitu realisasi dari membenarkan yang ghaib dengan menghilangkan semua keraguan (terhadap yang ghaib tersebut).


Demikianlah, semoga melalui khutbah ini, kita semakin semangat untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tutup dengan mendengarkan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا﴿١٧٤﴾فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا 


Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allâh akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai)kepada-Nya. [An-Nisa/4:174-175]

KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI

  KETENANGAN DAN KEGELISAHAN HATI   اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُوْرَ الْمُوَفَّقِيْنَ بِأَلْطَافِ بِرِّهِ وَآلَائِهِ، وَنُوْرِ بَصَ...